Senin, 07 November 2011

MENJEMPUT SETENGAH WAJAH



Matahari setengah hati
menjemput setengah wajahku yang lengkap
dalam setengah milyar beban
dan tujuh samudera aral.
Sedangkan aku terhuyung,berpayung delapan mata bintang.

Saat malam gulita,
dipasung sepi berantai sunyi.
Ku kuliti tepi dengan sebilah belati
yang bertangkai ukir namamu.
Dan dalam diammu kupercik api pada sekam rindu
hingga kau datang
dengan segenggam embun,dan asin lautmu.
Lalu,saat kau hadir
apa yang bisa kupersilahkan
jika kakiku masih dilepuh perjalanan
dan tiang pancang belum lagi tegak.

Seperti inspirasi,katamu.
Aku lahir dari sajakmu,
terburai dalam urai
dan kuraut dari seraut wajahmu.

Dan jika kau datang,usahlah kau hitung jemari matahari ditanganmu.
Karena waktulah yang selalu menjamu mimpi-mimpiku
dan kau hanya akan selalu bertanya
saat aku tak lagi menemu jawab.

                             Merangin,05 Juni 2009

Sabtu, 20 Agustus 2011

RUANG SINGGAH

;Mahkota di tahta yang lelah.

Sejenak,aku singgah dari sengatan sangat terik matahari,
dibawah sejuk naungan perdu,siang ini.
Senasib aku dengan seekor pelatuk
nafasnya terputus-putus dengan paruh yang sudah melepuh dan,singgasananya belumlah usai
tapi selembar daunpun telah tiada diruang pertaruhannya.
Dan diruangku,
tahta yang kubangun lewat sudah panjang perjalanan
semakin terasa menjulur
menjauh sampai nanar mata ini mengulitinya.

Semampai angin memusat lembut diketiak perdu
memercikkan mimpi di mataku yang lelah
disendiku yang lemas
dinafasku yang terasa terlepas,dan aku terlempar dari duniaku
tak peduli ketika sesekali debu-debu memandikanku
dan peluh,menangisi pori legam kulitku yang tertimbun daki.

Sesaat,setelah senja menyembelih hari
malam menjemputku diruang rindu
mimpi siang yang ambigu
dan terperosok kelobang sunyi,tercekik terkaman kelam.
Aku mengunci kaki dengan merapatkan jemari
mencoba menekuri perjalanan panjang dan ruang-ruang singgah
yang tak lagi terhitung dalam jumlah yang diantaranya sering kali
membentangkan tikar makna
dengan kerutan tajam dikeningku.

Tuhan,
Kau telah nyalakan bara rindu pada sekam keringku,
aku terbakar.
Engkau juga telah tumbuhkan bunga cinta pada duri hidupku,
aku tertusuk
hegemoni makna terakhir.aku terluka dalam makna yang masih sulit kumengerti.

Pernah,kuterjebak dalam secangkir pahit makna
dan kuteguk nira legam kehidupan
tapi,aku tertawa dan menepuk dada bangga.
Ah !!!,kini aku tergidik oleh tawaku sendiri
dengan dada remuk dan yang tersisa hanya irisan tangis
yang tak lagi berbentuk.

Angin kemarau menebas lamunku
mematuki kulit tirusku,menusuk ngilu tulangku.
Tetes demi tetes air terlepas dari tangkai disudut mataku
lalu kelelahan menggerus bisu wajahku
sesaat kemudian terjatuh dan semut-semut yang dilelah kemarau
memburunya.
Lalu,satu persatu tercekik pahit dukaku.

      Julur-julur setapak meraut ciut menanda kata:
      ;jauh.
      sepaut mataku merauknya,bermilyar kubik fatamorgana ada:
      ;seringkali kudapati
      dan yang hanya kudapati hanyalah seribu jalan lain
      dengan berjuta pilihan.

;melangkah adalah pilihan.
dan,lelah adalah jerih;letih.
pun menuang sepasang pilihan.
;surut
/atau ????
......................
tapi,kekasihku
[\memanggilku disana].


                       Merangin,Juli 2009

Kamis, 18 Agustus 2011

SETANGKAI MELATI

;Menjadi tahta dalam sajak untukmu,
Kekasihku.


Bagiku.....
dengan cinta yang bertahta disinggasana
palung terdalam dalam hatiku,dari kendi cinta yang dititipkan padaku
kan ku tuangkan madu suci ke dalam piala-piala berukir emas dan mutiara pelangi
dan kuhidangkan dengan sejuta penghormatan yang agung.

Bagiku.......
dengan cinta yang berkuasa dalam tahta suci hutan cedar
dari embun kesejukan yang menjaga hatiku,ku bentangkan selimut kesejukan
agar diantara kabut yang menyakitimu,kau akan tersenyum menikmati wangi bunga-bunga
ditaman hatiku.
Dan dengan seribu tentara yang tangguh,kan ku jaga dikau laksana sang ratu dari taman eiden
dan dengan seribu sayap yang mengepak indah kan ku terbangkan dikau
 melewati pelangi mimpi-mimpimu,sampai pada keindahan telaga yang terjaga
laksana sepasang kupu-kupu yang berpijar diatas mata air pagi.
Dan ketika malam,bagiku.......
dengan cinta yang kukandung dalam rahim yang terjaga dan suci
kan ku timang anggun dirimu sampai mimpi-mimpi
membangunkan istana yang megah dalam damai tidurmu
dan kan ku jaga tidurmu dengan sejuta doa yang terjaga
hingga pagi membangunkanmu dengan senyum matahari pagi
dan kan ku petikkan sekuntum kehangatan,
setangkai wewangian dan seikat keindahan,untuk menemani senyum pagimu yang menawanku.
Dan diantara tetes embun yang membasuh kegersangan jiwa
kan ku temani kasihmu dengan sebait tembang taman dengan seribu dawai
sampai kau rentangkan jiwamu dalam pujian yang kau lantunkan pada penciptamu.

/Dan, jika cinta memaksaku membisu
kan ku bangunkan istana keabadian,agar ku bisa mengenang rinduku padamu
di saat kesendirian mengepungku diwaktu yang menjauhkanku dari segala warna tentangmu.

Bagiku.......bisa mencintaimu di sisa akhir nafasku
adalah memberi,bukan menjadi penguasa atas kebebasanmu menentukan jalan
yang kau tempuh.
                             
                                              Merangin, Juli 2009

Sabtu, 23 Juli 2011

CATATAN di BALIK PUISI DI WAJAH SIAPA GADIS KECILKU SEMBUNYI

     Jujur saja,puisi Di Wajah Siapa Gadis Kecilku Sembunyi hanyalah satu dari sekian banyak catatan tentang kerinduan yang menderaku,kerinduan akan harapan kesempurnaan.Merindukan akan kesemprnaan sebenarnya merupakan sebuah bentuk kewajaran bagi setiap manusia.Alasannya sederhana,manusia diciptakan tidak sempurna(meski paling sempurna di antara ciptaan Tuhan yang lain).Maka,manusia selalu merindukan bentuk kesempurnaan sebagai wujud bahwa kekuasaan Tuhan tak dapat disangkal,dan sekaligus sebagai tanda bahwa manusia-seperti apapun dia-selalu membutuhkan Tuhan dan perlambang bahwa pada hakikatnya manusia tunduk pada Tuhannya.
     Kerinduan pada Puisi Di Wajah Siapa Gadis Kecilku Sembunyi sebagai salah satu bentuk kerinduan pada sesuatau yang akan membawaku kepada pemilik mutlak Kesempurnaan (Alloh).Oleh sebab itu,Gaadis Kecil dalam dunia imajiner merupakan subjek yang sempurna.Tetapi tetap saja perlu di garis bawahi,kesempurnaan Gadis kecil sebagai sosok imaginer tentu tetap dalam batasan manusiawi,kesempurnaan yang bisa dicapai umat manusia.
     Kerinduan pada soosok imaginer bermula dari upaya pemahaman terhadap gejolak hati saat bertatapan muka dengan lawan jenis (wanita)sebagaimana tertulis dalam lirik "....lalui hari dalam detik....bahkan tahun yang tak berhenti memanjang".Yakni,pemahaman antara cinta dan nafsu.
     Puisi ini juga penggambaran paduan antara komitmen dan keputusasaan dalam mencari wajah sebenarnya dalam dunia nyata dari sosok yang di imaginerkan.Lihat bait terakhir,"tak kan lelah aku mencari,...tak kan lelah aku menunggu/...diatas beban rindu yang membiru'.Kontradiksi komitmen dan keputusasaan terjadi ketika sepanjang diriku mencari belum ku temukan meski telah banyak kudapati wajah-wajah penuh dengan pesona(cantik secara fisik),.........."wajah-wajah penuh pesona yang tak bisa ku jangkau dengan kata-kata,...tak ku temukan dikau......"
     Hal tersebut memperjelas ketakutanku dalam komitmen bersikap, "Apa seperti dugaku/,dikau sembunyi di balik lipstik yang memabukkan?". karena bagaiman mungkin diriku mencari gadis kecilku di balik lipstik yang memabukkan?.Di sinilah letak ketakutanku,apa diriku harus mencari sosok imaginerku(cinta yang sejati)di antara mereka yang menjadikan cinta sebagai pemuas nafsu belaka.Nafsu di sini tak hanya sebatas seksualitas,namun pemuasan hasrat yang telah di racuni rasa iri misalnya,atau bahkan hanya cari sensasi belaka.
     Gadis kecil sebagai sosok imaginer akan kerinduanku,memiliki beberapa kriteria.Beberapa diantaranya ada di puisi ini dan sebagian besar lagi tersebar di puluhan puisi yang belum dipublikasi.Pada puisi ini bisa di lihat pada kalimat, "Dengan senyum mampu tawarkan luka lara",apalagi jika bertutur kata?. "...tulus tanpa sebentuk apa yang serupa" adalah tulus yang tanpa pamrih apapun.Dan di perjelas dengan kalimat "...tak pernah silau akan rupa apalagi harta".
     Sungguh diriku sangat mencintai wanita pada umumnya,hal ini karena bagiku dan pada kenyataannya wanita memiliki bagian tubuh yang senama dengan sifat Tuhan (Rahim).Sehingga pada dasarnya wanita selalu layak untuk dicintai dan disayang,sebab sepantasnya wanita menjadi mulia dengan tutur sapanya,pakaian dan bersikap.Selain itu,bahkan agama mengisyaratkan statement,wanita memiliki peranan penting dalam maju-mundurnya sebuah peradaban yang di jalani manusia.
     Dan sebagai penutup,satu catatan kenapa sosok yang kurindukan dalam sosok imaginer adalah "Gadis Kecil" bukan sosok wanita yang telah matang dalam organ seksualitasnya,lain tidak lain karen gadis kecil masih bersih dan belum terkontaminasi virus peradaban yang mengerikan (lipstik yang memabukkan).Jadi bukan permasalahan virginalitas belaka.
     Dan bagi siapapun anda yang membaca tulisan ini dan anda wanita secara seksualitas,hati-hatilah dengan cinta yang kau miliki di hatimu.Jangan sampai cintamu tak lagi di butuhkan kaum adam dan jangan sampai kalimat mengerikan ini berlaku atas kehidupanmu."AKU TAK BUTUH CINTAMU,BERIKAN SAJA CINTAMU PADA SIAPAPUN,KARENA YANG KU BUTUHKAN HANYA TUBUHMU".Sedangkan bagi anda kaum adam,jangan sampai "AKU TAK BUTUH CINTAMU,KARENA YANG KU BUTUHKAN HANYA UANG DAN KEPERKASAANMU".

Maha Suci Alloh
Semoga puisi tersebut bermanfaat.

Jumat, 22 Juli 2011

GADIS KECILKU

Datang dalam guratan luka
mensiluet pelangi,lalu jatuh sebagai embun.
Selagi sapu tanganmu masih juga basah.

Sekali lagi ku katakan
Aku hanya coba menerka,bayang sepisau mungkin.
Barangkali ada sisa air matamu yang bisa ku jadikan tinta pada sajak
yang kering.
Hanya sajak dan mungkin hanya sepenggal warna
atau mungkin bahkan hanya setali ilusi yang sasar.

Dan telah ku coba menalikan bayang-bayang.
Namun,di pantai senja tinggal sejumput sepi
barangkali,
sebab malam tanpamu,gadis kecilku.
Meski keberadaanmu sebenarnya ada dimana aku suka.

Ku dengar irama lagu mengalun,merdu menangiskan senyap
atau hanya luka rinduku saja yang barangkali mengaisi tanda
dimana malam tanpa keberadaanmu.

Gadis kecil,ku sadari diriku hanya dekat dengan bayangmu saja
dan memelukmu sesuka hatiku.
Aku pun tak mengerti sekali pun hanya sepercik arti
mengapa begitu lekat dirimu dihati meski di musim ketiga?

Gadis kecil,siapa namamu?
agar syair ini bisa ku tuliskan judulnya,
dengan namamu.Meski hanya sebatas samar
inisial yang diriku tak rentan untuk lupa.

Dan mungkin,Gadis kecilku
aku akan terbiasa untuk tidur dengan bayangmu
barangkali melalui mimpi-mimpi

Barangkali.


                                                                        Tabir Selatan,19 Oktober 2007

Senin, 18 Juli 2011

Di Wajah Siapa Gadis Kecilku Sembunyi

Sungguh ini telah lalui hari dalam detik,menit bahkan tahun yang tak berhenti
memanjang dan mencari,wajah bagi cinta yang telah abadi,di jiwa dan mimpi-mimpi.

Dan di setiap butiran waktu,sungguh telah bertabur wajah-wajah dalam pesona
yang tak bisa ku jangkau dengan kata-kata.
Tapi,pun sungguh tak ku temukan dikau ada meski sekilas diantara wajah mereka.

     Apa seperti duga ku,
     dikau sembunyi dibalik lipstik yang memabukkan?

Dan pun sungguh,jika hati ini telah jatuh,dan cinta kasih,pun bersemi padamu,
di wajah yang mana dikau telah bersemayam.

     Jauh sebelum engkau,mampu memetik senyum di tangkainya
     Jauh sebelum engkau bisa menabur tawa
     Bahkan,jauh sebelum ku dengar adamu,jauh sebelum engkau dilahirkan.

Lalu,
di wajah siapa dikau ada?
Bukankah dikau,yang dengan senyummu mampu tawarkan luka lara
Bukankah cinta kasihmu tulus tanpa sebentuk apa yang serupa,dan bukankah
dikau yang tak pernah silau akan rupa apalagi harta.

     Apa seperti takdir yang harus ku tanggung jika nyatanya
     Dikau masih damai dalam buaian rahim?

Namun,tak kan lelah aku mencari
      di dada siapa dikau ada.
           Dan tak kan lelah aku menunggu sampai di wajah siapa dikau bersinar
                 Pun tak kan jenuh ku lalui waktu
                 meski dalam beban rindu yang semakin membiru
Meski di dada rahim dikau masih di manja.


Nalo Gedang,17 Juli 2011

Sabtu, 21 Mei 2011

RENUNGAN SENJA

     Kesuksesan apa yang telah anda raih hari ini?.Apakah hari ini milik anda?.Ya atau tidak jawaban kita tergantung dari sudut mana kita melihat.Jika jawaban kita Ya,maka itu sudah tentu sangat menggembirakan.Namun,jika jawaban sebaliknya yang menjadi kenyataan yang harus kita terima,maka rasa kecewa,sedih dan rasa lain yang tidak mengenakkan hatilah yang harus kita tanggung.Itu sebuah bentuk kewajaran kita dalam bersikap menyikapi setiap moment hari-hari yang kita lalui.
     Dalam hidup ini,adakalanya hari-hari kita adalah hari yang menyenangkan karena apa yang kita harapkan terwujud.Adakalanya pula,hari ini kita berhasil menggapai hari,namun adakalanya pula kita gagal.Namun jika kita dihadapkan pada satu kenyataan bahwa hari-hari kita tak sejalan dengan apa yang kita inginkan dan kita cita-citakan,kira-kira apa reaksi kita dalam menyikapi hal tersebut?.
     Jawabannya tentu beragam,ada yang tetap tegar dan istiqomah dan ada pula yang terhempas namun mampu bangkit lagi dan mungkin tidak sedikit yang terhempas lalu terpuruk dan putus harapan.Bagaimana dengan anda?
     Apakah anda termasuk kelompok yang tetap tegar?,jika ya,itu adalah harapan saya.Apa anda termasuk kelompok yang terhempas dan mampu bangkit lagi?atau anda termasuk yang terhempas dan terpuruk dan putus harapan?
     Masuk kelompok manapun anda dalam bersikap,tentu sangat bergantung pada diri pribadi,lingkungan tempat tinggal anda gan banyak hal lainnya yang berpengaruh terhadap cara anda bersikap.Latar belakang dalam bersikap ini tentu beragam,dan belum ingin saya perbincangkan untuk saat ini.Yang ingin saya catatkan di sini adalah,apapun keinginan dan mimpi-mimpi hidup kita tetaplah masih ada peluang untuk kita dapatkan meskipun hari ini kita dirundung kemalangan dan impian terasa menjauh dari langkah dan jangkauan kita.
     Hari yang sudah kit lalui mungkin kita tertakdir dalam keadaan miskin,lemah,bodoh dan segala keterbatasan yang tak bisa disebut satu-satu.Dan sebagai umat beragama kita telah meyakini bahwa apa-apa yang terjadi pada kita sudahlah tertulis dalam kitab Luh mahfuz.Dan sudah selayaknya kita bersabar dan tawaqal menghadapi takdir yang dibebankan ke kita.Itu untuk waktu-waktu yang telah kita lalui,dan untuk nanti,besok atau lusa,apa kita juga akan tertakdir seperti yang sudah?.
     Jikalau kita memang tertakdir untuk seperti keadaan sekarang ini,tentu kita tak bisa berbuat apa-apa lagi.Dan jika demikian adanya,kenapa kita masih di perintahkan untuk berdoa dan berusaha?Bahkan Alloh sudah berkenan membuka pintu-pintu doa dan menjamin bahwa berubah tidaknya suatu kaum (keadaan) tergantung kaum itu sendiri.Hal ini menunjukkan bahwa takdir kita untuk nanti,esok lusa dan masa-masa yang akan datang adalah sebuah rahasia.
     Jadi,bisa saja takdir kita nanti adalah menjadi jutawan seandai kita mengupayakannya melalui doa-doa dan usaha.dan mungkin kita akan tetap miskin karena kita hanya berdiam diri saja.
     Dan untuk mengupayakan hal yang lebih baik tentulah bukan hal yang mudah,namun juga bukanlah hal yang sulit.Langkah pertama menurut hemat saya adalah membuka pikiran kita untuk lebih terbuka terhadap hal-hal baru,agar kita lebih mudah dalam belajar meretas jalan sukses kita.

Rabu, 30 Maret 2011

Nasib hari ini

     Begitu banyak hal yang begitu saja datang,seringkali tanpa kita kehendaki.Dan seperti itulah hidup,ada tangis dan ada pula tawa.Dan sebaik-baik hal yang dilakukan dalam hal ini adalah introspeksi diri.Kenapa?

     Ada prinsip yang mengatakan,adanya buah sebab ia di tanam.maka,sesuatu yang datang pada kehidupan kita menunjukan bukti ini.Tawa dan tangis hadir bukan tanpa sebab,melainkan ia di undang untuk hadir dalam kehidupan kita.Lalu siapakah yang mengundangnya,tidak lain kitalah yang telah mengundangnya dalam kehidupan kita,sayangnya seringkali kita tak menyadari akan hal ini.

      Lain dari itu,ada lagi hal yang menyebabkan sesuatu dalam bentuk tawa dan tangis itu hadir dalam kehidupan kita,Yakni sifat maha kasih dan sayang Tuhan sang pencipta jagat raya.Kasih Sayang Tuhan sungguhlah tiada berbatas,lain dengan kasih sayang sesama makhluk.Lalu kenapa tangis musti hadir dalam kehidupan kita jika Tuhan Maha Kasih?.Mungkin ilustrasi sederhan ini bisa menjawabnya.Sewaktu kita masih kecil dan kita ingin bermain benda tajam,Orang yang mengasuh kita,yang menyayangi kita kenapa mencegahnya?,Bahkan tak peduli meski kita merengek menangis,Bukan lain karena mereka takut jika kita terluka.Begitu pula dengan tangis kita akan adanya peristiwa yang membuat kita terluka,pasti ada sesuatu yang hendak di sampaikan Tuhan pada kita,sebagai wujud kasih sayang-Nya.

     Harusnya,kita mampu untuk belajar menguak misteri dibalik setiap hal yang hadir dalam kehidupan kita,baik suka ataupun duka agar kita bisa mawas diri dan lebih arif dalam menyikapi setiap peristiwa dalam kehidupan kita.Semoga catatan kecil ini,menjadi moment untuk hidup yang lebih berharga.





     

Minggu, 27 Februari 2011

Di sebuah ambang senja,saat langkah mulai lelah.Namun harapan akan sebuah perjalanan dan penantian terus berpacu dengan entitas waktu yang tak kenal lelah.Wajah-wajah yang lelah dan kalah bersikukuh memamerkan taring bercula,berebut tempat dalam teater kehidupan yang semakin renta.Aku seakan terperdaya dalam mampan sang nasib,untuk dihidangkan dalam sebuah pesta bernama kenangan.

Rabu, 23 Februari 2011

DEBUR OMBAKMU


Tak ada debur ombakmu disini
hanya matahari kuning keemasan mencoba mengganti
                                               keberadaanmu.
Pagi masih dilaju jalanan
           yang terasa seperti menjauh
           darimu.

kau,
adalah rinduku yang tertinggal
dan deburmu memerah dimana ku ada.
padamu,
ingin ku kembali.

                  Merangin,30 Mei 2009

Senin, 21 Februari 2011

MAAFKAN AKU,CINTA

Kau yang begitu agung,
dan luhur
jua kesetiaan yang menjulang tinggi
menggapai beningnya pancaran rembulan
yang terbebas dari sapuan kabut.
Kau bebas mengepak sayap ke cakrawala
yang takjub dalam genggaman eiden.
Namun,

Rabu, 16 Februari 2011

RINDU YANG TERASING 2

Rindu…………
malam terasingku di sini
di antara ruas panjang yang melelahkan.

Bulan mulai melukis senyumnya
diantara remang dan sisa warna merona dan merekah
dilangit,biru yang sepi.

Waktu menjemputku
lalu mengasingkan diriku pada lelah seharian.
Dan sejumput rindu yang beku,
yang mulai mencair
menjadi air mata yang merendam
luka didada cinta.

Senja,
cinta menjadi semakin terasing
dalam dada yang ku genggam,
perih.

Dan malam akan menjemputnya
menjadi setangkai mimpi yang barangkali tak kan pernah terbangun,
lagi.

Atau mungkin,
malam lebih asyik merangkainya menjadi tembang sunyi
atau kuncup kehampaan,rindu yang terpenggal.

Atau,
sejuta ruang yang lain dan tak kan ada,
dari cinta yang semakin terasing.


Merangin,09 Mei 2009

SENJA DI JALAN

Jalanan memutih meruncing di setapak senja
Menyemak,menunjuk duri dan ilalang yang memanjang.
Separuhnya,
mendispersikan warna senja menjadi patahan kisah
dan menyatu di hati yang remuk,merah darah buah pecah
yang kau hidangkan menjadi perih didesah yang lirih.

Ditepi,
sisi jalan yang lain ku dengar senandung resah menangis dari bibir mungil
gadis kecil berambut debu, sebatas nyanyi yang tak pernah singgah
meski hanya di stasiun mimpi atau mungkin dermaga harapan.

Aku semakin lelah di atas layar yang hanya setengah terkembang
Senja dijalan ini menjadi terasa lamban dan tersendat
dalam irama yang semakin sumbang dan lupa bentuk.
Dibaliknya,ada mata yang sembab dan basah
oleh gerimis,juga tangis yang kau tahan.

Jika,
ini sebentuk yang tak ku mengerti
ku mohon beri aku waktu
untuk sejenak mengintip pengetahuan yang tersembunyi
barangkali
di balik mimpi nanti malam sebelum gelap menjemputku
selamanya.

Merangin,5 Mei 2009

Selasa, 15 Februari 2011

MALAM TANPAMU

Saat malam-malamku kehilangan
sinarmu
dan sunyi sepi bersekutu mendaulatku
menjadi penyair
yang luluh dalam kehampaan,menekuri keheningan
dan menghitung sejuta bayang-bayang
kenangan dan harapan.
Air mataku
mengalir menjadi syair
yang lemah
kupunguti kata-kata yang tercecer
menjadi rintih yang letih.

Malam ini,
sinarmu kukenang dalam istana pasir
dipantai
mimpi-mimpi
dan
lalu kubangunkan singgasana dari mutiara cinta
agar kau bisa bertahta menjadi ratu
dalam rinduku.
Dan ketika sejuk tatapanmu
merasuk dikedalaman jiwaku yang lelah
anggunmu menawanku
dalam cawan pagi yang gigil.

Ku kenang sebait cayamu dalam sajak
dan,
pelangi lahir dari air mata
rinduku.

Dan cinta yang menepikanku
kan terpancang menjadi tembok yang tinggi
yang akan menjagamu
dalam ruang suci
agar semerbak langkahmu
hinggap disayap kupu-kupu yang indah
Dan,
wanginya menjadi aroma harapan
sampai dada dunia bergetar
menahan gelora rindu
yang agung.
Dan,
malam ini
akan menjadi separuh terjaga
sebab senyum yang kau hias dibibirmu
menguraiku
dalam detik-detik waktu
yang kan kupasrahkan
menjadi denting dawai
tuk mengiring lagumu
yang menggema diantara taburan bintang
malam-malammu
atau jua butiran-butiran embun
difajar pagimu
atau jua sebentang awan putih diantara panas
siang-siangmu.
Atau jua
menjadi senandung tembang dilembayung senja-senjamu.
Dan asa ini selalu abadi menanti takdir agung Sang Maha Kasih,
dimana kupasrahkan segenap hidup
dan matiku.


Nalo,16 mei s.d 18 juli 2009

Senin, 14 Februari 2011

PERDU GURUN

Sebilah mimpi kembali menancap dihanggar
jemariku meregang,ruasnya terputus.
Sakit yang mencuat melolong melobangi tekak langit
dindingnya terluka air matanya deras mengalir
diiring jerit perih yang tak tertanggung.

Bintang-bintang yang sedari senja berbaris menunggu titah suci
tercerabut
melompat sembunyi
dibalik parade muram,
malam meraut sunyi
memaut diri pada sebagaian mimpi
dan tidur yang tertunda.

Malam semakin dilarut muram dalam kunang-kunang menari
disunting angin gunung yang sakit menyayat daun-daun yang basah
dan ranting yang ditinggal

Dan dicawan,
mimpi-mimpi saling bunuh berebut tahta tunggal,kuasa atas diriku.
Aku menggigil,
dikelam ngeri
/hati yang beku.
/ngilu
dijeritku yang tandas
perih tanpa suara,kudapati ruang kehancuran.
Ruhku terlempar,
jiwaku terkubur
nafas yang tersisa
menarik berat
:beban.
Puing-puing destruktif
menjadi lembaran-lembaran narasi
panjang.
Mengarungi lautan induksi
serta menjamah hamparan deduksi
;kalimat.
/timpang
dalam irama.
/sumbang
dalam nada;
/miris
dalam ungkap rasa.

Sebatang perdu ditengah gurun
senasib
sepenanggungan,semakna dalam harapan
;denganku.

Merangin,30 Mei 2009

Jumat, 11 Februari 2011

EMBUN DAN SENJA

Malam tanpa bintang,sayang.
Air mata jatuh menitik pada lembaran-lembaran
mimpi menjadi terasa jauh sejajar garis lintang
dan matahari kesepian di tepi bengawan solo.

Sayup-sayup senandung sang gesang
menari di antara belai lembut desahmu.
Dari jauh ku dengar dan menawan sukmaku
di penjara
di antara ketidakpastian.
Jiwaku terkurung
menanti datangnya kapalmu
ditamanku.
Ada tarian malam di senyummu
seperti menjemput pagi
embun
dan
matahari.
Tapi,
burung telah jauh meninggalkan kicaunya
jauh sebelum malammu menjemput pagi.

Ini adalah tentang sebuah pilihan
tentang bintang dan fajar
tentang embun dan senja
Bahkan tentang rindu dan dendam juga seribu ketidakpastian.
Diantara menunggu dan menjauh pergi.

Aku menungu disetiap desah pintumu
dari malam yang selalu memimpikanmu
serta menidurkan harapan pada
jauh senandungmu, sampai nanti.

Merangin,14 april 2009

RINDU YANG TERASING


Di rinduku
               ketika merindumu,
seribu cadar mentabiri nyataku
menempatkan rinduku dalam keterasingan
jiwa dan anganku melayang
ke suatu tempat dalam malam yang sepi
dan larut dalam cawan kehampaan.

Kekasih.......
anggunmu mencampakanku dalam rimba cedar
yang tak pernah ada dalam seribu untaian panjang
perjalanan tak bertuan.
Senyummu melemparkanku dalam ruang tanpa jejak
meski sebatas tetesan embun.
Sungguh,
      ketika rinduku padamu tengah bersekutu menindasku
      aku hanyalah laksana musafir di malam pekat dalam
      kegelapan
      tanpa bintang dan kunang-kunang
      jiwaku lenyap
      ditelan kegundahan yang mengerikan
     
      Terpancang dalam akar mimang
      tersesat dalam belantara angan tak bertepi.

Anggun langkahmu
dengan sejuta senyum yang menghiasi wajahmu
telah menyihir hari-hariku menjadi ruang kosong
tak ada harapan
apalagi impian yang menemani tidurku.

Sampai suatu saat
aku tak kan pernah bisa menjadi
keadaan
karena keterasingan merindumu
telah menguburku menjadi ketiadan
yang sempurna.

                        Merangin,14 Mei 2009