Rabu, 16 Februari 2011

SENJA DI JALAN

Jalanan memutih meruncing di setapak senja
Menyemak,menunjuk duri dan ilalang yang memanjang.
Separuhnya,
mendispersikan warna senja menjadi patahan kisah
dan menyatu di hati yang remuk,merah darah buah pecah
yang kau hidangkan menjadi perih didesah yang lirih.

Ditepi,
sisi jalan yang lain ku dengar senandung resah menangis dari bibir mungil
gadis kecil berambut debu, sebatas nyanyi yang tak pernah singgah
meski hanya di stasiun mimpi atau mungkin dermaga harapan.

Aku semakin lelah di atas layar yang hanya setengah terkembang
Senja dijalan ini menjadi terasa lamban dan tersendat
dalam irama yang semakin sumbang dan lupa bentuk.
Dibaliknya,ada mata yang sembab dan basah
oleh gerimis,juga tangis yang kau tahan.

Jika,
ini sebentuk yang tak ku mengerti
ku mohon beri aku waktu
untuk sejenak mengintip pengetahuan yang tersembunyi
barangkali
di balik mimpi nanti malam sebelum gelap menjemputku
selamanya.

Merangin,5 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar