Minggu, 27 Februari 2011

Di sebuah ambang senja,saat langkah mulai lelah.Namun harapan akan sebuah perjalanan dan penantian terus berpacu dengan entitas waktu yang tak kenal lelah.Wajah-wajah yang lelah dan kalah bersikukuh memamerkan taring bercula,berebut tempat dalam teater kehidupan yang semakin renta.Aku seakan terperdaya dalam mampan sang nasib,untuk dihidangkan dalam sebuah pesta bernama kenangan.

Rabu, 23 Februari 2011

DEBUR OMBAKMU


Tak ada debur ombakmu disini
hanya matahari kuning keemasan mencoba mengganti
                                               keberadaanmu.
Pagi masih dilaju jalanan
           yang terasa seperti menjauh
           darimu.

kau,
adalah rinduku yang tertinggal
dan deburmu memerah dimana ku ada.
padamu,
ingin ku kembali.

                  Merangin,30 Mei 2009

Senin, 21 Februari 2011

MAAFKAN AKU,CINTA

Kau yang begitu agung,
dan luhur
jua kesetiaan yang menjulang tinggi
menggapai beningnya pancaran rembulan
yang terbebas dari sapuan kabut.
Kau bebas mengepak sayap ke cakrawala
yang takjub dalam genggaman eiden.
Namun,

Rabu, 16 Februari 2011

RINDU YANG TERASING 2

Rindu…………
malam terasingku di sini
di antara ruas panjang yang melelahkan.

Bulan mulai melukis senyumnya
diantara remang dan sisa warna merona dan merekah
dilangit,biru yang sepi.

Waktu menjemputku
lalu mengasingkan diriku pada lelah seharian.
Dan sejumput rindu yang beku,
yang mulai mencair
menjadi air mata yang merendam
luka didada cinta.

Senja,
cinta menjadi semakin terasing
dalam dada yang ku genggam,
perih.

Dan malam akan menjemputnya
menjadi setangkai mimpi yang barangkali tak kan pernah terbangun,
lagi.

Atau mungkin,
malam lebih asyik merangkainya menjadi tembang sunyi
atau kuncup kehampaan,rindu yang terpenggal.

Atau,
sejuta ruang yang lain dan tak kan ada,
dari cinta yang semakin terasing.


Merangin,09 Mei 2009

SENJA DI JALAN

Jalanan memutih meruncing di setapak senja
Menyemak,menunjuk duri dan ilalang yang memanjang.
Separuhnya,
mendispersikan warna senja menjadi patahan kisah
dan menyatu di hati yang remuk,merah darah buah pecah
yang kau hidangkan menjadi perih didesah yang lirih.

Ditepi,
sisi jalan yang lain ku dengar senandung resah menangis dari bibir mungil
gadis kecil berambut debu, sebatas nyanyi yang tak pernah singgah
meski hanya di stasiun mimpi atau mungkin dermaga harapan.

Aku semakin lelah di atas layar yang hanya setengah terkembang
Senja dijalan ini menjadi terasa lamban dan tersendat
dalam irama yang semakin sumbang dan lupa bentuk.
Dibaliknya,ada mata yang sembab dan basah
oleh gerimis,juga tangis yang kau tahan.

Jika,
ini sebentuk yang tak ku mengerti
ku mohon beri aku waktu
untuk sejenak mengintip pengetahuan yang tersembunyi
barangkali
di balik mimpi nanti malam sebelum gelap menjemputku
selamanya.

Merangin,5 Mei 2009

Selasa, 15 Februari 2011

MALAM TANPAMU

Saat malam-malamku kehilangan
sinarmu
dan sunyi sepi bersekutu mendaulatku
menjadi penyair
yang luluh dalam kehampaan,menekuri keheningan
dan menghitung sejuta bayang-bayang
kenangan dan harapan.
Air mataku
mengalir menjadi syair
yang lemah
kupunguti kata-kata yang tercecer
menjadi rintih yang letih.

Malam ini,
sinarmu kukenang dalam istana pasir
dipantai
mimpi-mimpi
dan
lalu kubangunkan singgasana dari mutiara cinta
agar kau bisa bertahta menjadi ratu
dalam rinduku.
Dan ketika sejuk tatapanmu
merasuk dikedalaman jiwaku yang lelah
anggunmu menawanku
dalam cawan pagi yang gigil.

Ku kenang sebait cayamu dalam sajak
dan,
pelangi lahir dari air mata
rinduku.

Dan cinta yang menepikanku
kan terpancang menjadi tembok yang tinggi
yang akan menjagamu
dalam ruang suci
agar semerbak langkahmu
hinggap disayap kupu-kupu yang indah
Dan,
wanginya menjadi aroma harapan
sampai dada dunia bergetar
menahan gelora rindu
yang agung.
Dan,
malam ini
akan menjadi separuh terjaga
sebab senyum yang kau hias dibibirmu
menguraiku
dalam detik-detik waktu
yang kan kupasrahkan
menjadi denting dawai
tuk mengiring lagumu
yang menggema diantara taburan bintang
malam-malammu
atau jua butiran-butiran embun
difajar pagimu
atau jua sebentang awan putih diantara panas
siang-siangmu.
Atau jua
menjadi senandung tembang dilembayung senja-senjamu.
Dan asa ini selalu abadi menanti takdir agung Sang Maha Kasih,
dimana kupasrahkan segenap hidup
dan matiku.


Nalo,16 mei s.d 18 juli 2009

Senin, 14 Februari 2011

PERDU GURUN

Sebilah mimpi kembali menancap dihanggar
jemariku meregang,ruasnya terputus.
Sakit yang mencuat melolong melobangi tekak langit
dindingnya terluka air matanya deras mengalir
diiring jerit perih yang tak tertanggung.

Bintang-bintang yang sedari senja berbaris menunggu titah suci
tercerabut
melompat sembunyi
dibalik parade muram,
malam meraut sunyi
memaut diri pada sebagaian mimpi
dan tidur yang tertunda.

Malam semakin dilarut muram dalam kunang-kunang menari
disunting angin gunung yang sakit menyayat daun-daun yang basah
dan ranting yang ditinggal

Dan dicawan,
mimpi-mimpi saling bunuh berebut tahta tunggal,kuasa atas diriku.
Aku menggigil,
dikelam ngeri
/hati yang beku.
/ngilu
dijeritku yang tandas
perih tanpa suara,kudapati ruang kehancuran.
Ruhku terlempar,
jiwaku terkubur
nafas yang tersisa
menarik berat
:beban.
Puing-puing destruktif
menjadi lembaran-lembaran narasi
panjang.
Mengarungi lautan induksi
serta menjamah hamparan deduksi
;kalimat.
/timpang
dalam irama.
/sumbang
dalam nada;
/miris
dalam ungkap rasa.

Sebatang perdu ditengah gurun
senasib
sepenanggungan,semakna dalam harapan
;denganku.

Merangin,30 Mei 2009

Jumat, 11 Februari 2011

EMBUN DAN SENJA

Malam tanpa bintang,sayang.
Air mata jatuh menitik pada lembaran-lembaran
mimpi menjadi terasa jauh sejajar garis lintang
dan matahari kesepian di tepi bengawan solo.

Sayup-sayup senandung sang gesang
menari di antara belai lembut desahmu.
Dari jauh ku dengar dan menawan sukmaku
di penjara
di antara ketidakpastian.
Jiwaku terkurung
menanti datangnya kapalmu
ditamanku.
Ada tarian malam di senyummu
seperti menjemput pagi
embun
dan
matahari.
Tapi,
burung telah jauh meninggalkan kicaunya
jauh sebelum malammu menjemput pagi.

Ini adalah tentang sebuah pilihan
tentang bintang dan fajar
tentang embun dan senja
Bahkan tentang rindu dan dendam juga seribu ketidakpastian.
Diantara menunggu dan menjauh pergi.

Aku menungu disetiap desah pintumu
dari malam yang selalu memimpikanmu
serta menidurkan harapan pada
jauh senandungmu, sampai nanti.

Merangin,14 april 2009

RINDU YANG TERASING


Di rinduku
               ketika merindumu,
seribu cadar mentabiri nyataku
menempatkan rinduku dalam keterasingan
jiwa dan anganku melayang
ke suatu tempat dalam malam yang sepi
dan larut dalam cawan kehampaan.

Kekasih.......
anggunmu mencampakanku dalam rimba cedar
yang tak pernah ada dalam seribu untaian panjang
perjalanan tak bertuan.
Senyummu melemparkanku dalam ruang tanpa jejak
meski sebatas tetesan embun.
Sungguh,
      ketika rinduku padamu tengah bersekutu menindasku
      aku hanyalah laksana musafir di malam pekat dalam
      kegelapan
      tanpa bintang dan kunang-kunang
      jiwaku lenyap
      ditelan kegundahan yang mengerikan
     
      Terpancang dalam akar mimang
      tersesat dalam belantara angan tak bertepi.

Anggun langkahmu
dengan sejuta senyum yang menghiasi wajahmu
telah menyihir hari-hariku menjadi ruang kosong
tak ada harapan
apalagi impian yang menemani tidurku.

Sampai suatu saat
aku tak kan pernah bisa menjadi
keadaan
karena keterasingan merindumu
telah menguburku menjadi ketiadan
yang sempurna.

                        Merangin,14 Mei 2009