Sepertinya waktu telah dalam sangat lelahnya
Ia melukis gundah,dalam warna merah.Lalu,
buru-buru ia berlalu
untuk kembali seperti dulu.
Kau
tahtakan ilalangmu,dan berkata
“Mohon
ampun,Baginda.”
Takjub...!!!
“Dan
bukan maksud hamba”.
Ku kenang jua,begitu indah untuk ditindakkan,saat
Mawar jingga tengah mekar ditangkai musimnya.
Tak
semua mengerti,sama sepertiku.
Syahdu,merindu.
Rembulan tak pernah melukis wajahnya
disaat sang surya takzim dicumbu ketakjubannya sendiri.
Tak
semua terdiam,merintihku tertatih
penyair
telah mati,
dan tak
ada sajaknya yang tertinggal.
Dan
sang pujangga keracunan sajaknya.
Tak
semua menari,
sembari
menanti sejengkal harapan yang tersisa.
Banjarnegara,27 April 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar