Minggu, 13 Januari 2013

Senja Diatas Batu



Sepertinya waktu telah dalam sangat lelahnya
Ia melukis gundah,dalam warna merah.Lalu,
buru-buru ia berlalu
untuk kembali seperti dulu.

                Kau tahtakan ilalangmu,dan berkata
                “Mohon ampun,Baginda.”
                Takjub...!!!
                “Dan bukan maksud hamba”.
Ku kenang jua,begitu indah untuk ditindakkan,saat
Mawar jingga tengah mekar ditangkai musimnya.
                Tak semua mengerti,sama sepertiku.
                Syahdu,merindu.

Rembulan tak pernah melukis wajahnya
disaat sang surya takzim dicumbu ketakjubannya sendiri.
                Tak semua terdiam,merintihku tertatih
                penyair telah mati,
                dan tak ada sajaknya yang tertinggal.
                Dan sang pujangga keracunan sajaknya.

                Tak semua menari,
                sembari menanti sejengkal harapan yang tersisa.

Banjarnegara,27 April 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar